Kota
Selatpanjang merupakan pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Meranti, duhulu
merupakan salah satu bandar (kota) yang paling sibuk dan terkenal perniagaan di
dalam kesultanan Siak. Bandar ini sejak dahulu telah terbentuk masyarakat
heterogen, terutama suku Melayu dan Tionghoa, karena peran antar merekalah
terbentuk erat dalam keharmonisan kegiatan kultural maupun perdagangan. Semua
ini tidak terlepas ketoleransian antar persaudaraan. Faktor inilah yang
kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang barang maupun manusia
dari China ke nusantara dan sebaliknya.
Daerah Selatpanjang dan sekitarnya
sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura yang
merupakan salah satu kesultanan terbesar di Riau saat itu.Pada masa
pemerintahan Sultan Siak VII yaitu Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul
Jalil Syaifuddin Baalawi ( yang bertahta tahun 1784 - 1810 ), biasa disapa
Sultan Syarif Ali, memberi titah kepada Panglima Besar Muda Tengku
Bagus Saiyid Thoha untuk mendirikan Negeri atau Bandar di Pulau Tebing
Tinggi. Selain tertarik pada pulau itu juga karena Sultan Assyaidis Syarif Ali
Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi sendiri pernah singgah ke daerah itu, tujuan
utama Sultan Syarif Ali ingin himpun kekuatan melawan kerajaan Sambas
( Kalimantan Barat ) yang terindikasi bersekutu dengan Belanda yang telah
khianati perjanjian setia dan mencuri mahkota Kerajaan Siak. Negeri atau Bandar
ini nantinya sebagai ujung tombak pertahanan ketiga setelah Bukit Batu
dan Merbau” untuk menghadang penjajah dan lanun.
Maka bergeraklah armadanya dibawah
pimpinan Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha pada awal Muharram tahun
1805 Masehi diiringi beberapa pembesar Kerajaan Siak, ratusan laskar dan hulu
balang menuju Pulau Tebing Tinggi. Mereka tiba di tebing Hutan Alai(
sekarang Ibukota Kecamatan Tebingtinggi Barat ). Panglima itu segera menghujam
kerisnya memberi salam pada Tanah Alai.Tanah Alai tak menjawab, Ia meraup tanah
sekepal, terasa panas. Ia melepasnya,“Menurut sepanjang pengetahuan den,
tanah Alai ini tidak baik dibuat sebuah negeri karena tanah Hutan Alai adalah
tanah jantan, Baru bisa berkembang menjadi sebuah negeri dalam masa waktu yang
lama,” kata sang panglima dihadapan pembesar Siak dan anak buahnya.
Panglima bertolak menyusuri pantai pulau ini. Lalu,
terlihat sebuah tebing yang tinggi. “Inilah gerangan yang dimaksud oleh
ayahanda Sultan Syarif Ali,” pikirnya. Armada merapat ke Tebing Tanah
Tinggi bertepatan tanggal 07 April 1805 Masehi. Di usia masih 25
tahun itu, dengan mengucap bismillah Panglima melejit ke darat yang
tinggi sambil memberi salam. “Alha-mdulillah tanah tinggi ini menjawab
salam den,” katanya. Tanah diraupnya, terasa sejuk dan nyaman. Ia tancapkan
keris di atas tanah (lokasinya sekarang kira-kira dekat komplek kantor Bea
Cukai Selatpanjang ). Sambil berkata, “Dengarkanlah oleh kamu
sekalian di tanah Hutan Tebing Tinggi inilah yang amat baik didirikan sebuah
negeri. Negeri ini nantinya akan berkembang aman dan makmur apabila pemimpin
dan penduduknya adil dan bekerja keras serta menaati hukum-hukum Allah.”
Panglima itu berdiri tegak dihadapan semua pembesar
kerajaan, laskar, hulu balang, dan bathin-bathin sekitar pulau. “Den
bernama Tengku Bagus Saiyid Thoha Panglima Besar Muda Siak Sri Indrapura. Keris
den ini bernama Petir Terbuka Tabir Alam Negeri. Yang den sosok ini den namakan
“Negeri Makmur Kencana Bandar
Tebing Tinggi.”itulah nama asal muasal kota selatpanjang.
Setelah menebas hutan, membuka wilayah kekuasaan, berdirilah istana panglima
besar itu. Pada 1810 Masehi Sultan Syarif Ali mengangkat Panglima Besar Muda
Tengku Bagus Saiyid Thoha itu sebagai penguasa pulau. Kala itu, sebelah timur
negeri berbatasan dengan Sungai Suir dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai
Perumbi,seiring perkembangan waktu bandar ini semakin ramai dan bertumbuh
sebagai salah satu bandar perniagaan di kesultanan siak.
Ramai interaksi perdagangan didaerah pesisir Riau
inilah menyebabkan pemerintahan Hindia Belanda ikut ambil dalam bagian
penentuan nama negeri ini. Sejarah tercatat pada masa Sultan Siak yang ke 11
yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin. Pada tahun 1880,
pemerintahan di Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi dikuasai
oleh J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi yang bergelar Tuan
Temenggung Marhum Buntut (Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada
Sultan Siak). Pada masa pemerintahannya di bandar ini terjadilah polemik dengan
pihak Pemerintahan Kolonial Belanda yaitu Konteliur Van Huis
mengenai perubahan nama negeri ini, dalam sepihak pemerintahan kolonial Belanda
mengubah daerah ini menjadi Selatpanjang, namun tidak disetujui oleh J.M.
Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi selaku pemangku daerah.
Akhirnya berdasarkan kesepakatan bersama pada
tanggal 4 September 1899, Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi
berubah menjadi “Negeri Makmur
Bandar Tebingtinggi Selatpanjang”.J.M. Tengkoe Soelong Tjantik
Saijet Alwi mangkat pada tahun 1908. Seiring waktu masa diawal Pemerintahan
Republik Indonesia, kota selatpanjang dan sekitarnya ini merupakan Wilayah
Kewedanan di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi
Kecamatan Tebingtinggi.Pada tanggal 19 Desember 2008,daerah
selatpanjang dan sekitarnya ini berubah menjadi Kabupaten Kepulauan
Meranti memekarkan diri dari Kabupaten bengkalis dengan ibukota Selatpanjang.
Ada tempat sejarah selat panjang yaitu Taman Cikpuan
dan Kolam Telaga Bening di tengah kota Selat Panjang, punya nilai sejarah.
Ditaman Cikpuan ini banyak peristiwa terjadi dan bernilai Sejarah, sejak dari
yang sederhana seperti tempat menampilkan pentas seni sampai peristiwa politik
yang heroik juga selalu berlangsung disini. Pemekaran Kabupaten Kepulauan
Meranti lepas dari induk Kabupaten Bengkalis beberapa agenda yang melibatkan
massa yang besar berlangsung di arena ini, Taman Cikpuan menjadi saksi sejarah.
Disamping itu, Kolam Telaga Bening di jalan Merdeka tidak jauh dari Cikpuan
Park adalah penopang air untuk masyarakat Selat Panjang, jika musim kemarau
tiba kolam ini menjadi tumpuan untuk mendapatkan air buat mandi dan Cuci bahkan
untuk minum.Harapan kedepan,objek wisata yang ada dikabupaten kepulauan meranti
terus di perhatikan,dan masyarakat bisa menjaga dan melestarikan dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar